Jumat, 07 Januari 2011

HAL-HAL YANG MENIPU

diantara manusia ada yang tertipu oleh dunia, lalu ia berkata. "pembayaran secara kontan itu lebih baik dari pada pembayaran secara kredit". yang dimaksud kan pembayaran secara kontan adalah dunia, dan pembayaran secara kredit (tunda) akhirat. disinilah letak kesamar-samatannya. tidak selamanya pembayaran secara kontan lebih baik daripada secara kredit, asalakan ada gambaran yang jelas cara pembayaran yang kedua. sudah sama-sama diketahui bahwa umur manusia jika dibandingkan dengan lamanya kehidupan akhirat, tidak ada apa-apanya. maksud yang dikehendaki orang berkata " pembayaran secara kontan itu lebih baik daripada pembayaran secara kredit", jika pembayaran secara kredit itu juga tak berbeda jauh dengan pembayaran secara kontan. ini adalah tipuan orang-orang kafir.
orang-orang yang menyamarkan kedurhakaan sekalipun akidahnya benar, adalah mereka sederajat dengan orang-orang kafir dalam tipuan ini, karena mereka lebih memetingkan dunia daripada akhirat. hanya saja perkara mereka memang lebih ringan dari pada orang kafir, karena iman mereka mengahalangi mereka untuk tidak diazab selam-lamanya.
diantara orang-orang yang durhaka ada yang tertipu, dengan berkata, "sesungguhnya Allah itu murah hati. karena iyu kita bisa mengandalkan ampunanNya". boleh jadi mereka berkata seperti itu karena tertipu oleh kebaikan bapak-bapak mereka.
para ulama berkata " barangsiapa mengharapkan sesuatu, tentu dia akan mencarainya. barangsiapa takut sesuatu, tentu dia menghindarinya. Barang siapa mengharapkan ampunan dengan cara memaksa, berarti dia orang yang tertipu".
hendaklah dimaklumi, bahwa Allah dengan keluasan rahmatNya juga pedih siksanya. Allah telah menetapkan untuk mengabdikan orang-orang kafir dalam siksa neraka. padahal kekufuran mereka tidak mendatangkan mudarat terhadapNya. lalu mengapa kamu tidak takut???
takut dan berharap merupakan dua kemudi yang membangkitkan amal. apa yang tidak bisa membangkitkan amal adalah sesuatu yang menipu. jelasnya, harapan segolongan manusia bisa membangkitkan patriotisme mereka dan siap mengeyahkan kedurhakaan.
yang aneh, orang-orang pada priode pertama banyak yang beramal dan juga takut. tetapi orang-orang pada zaman sekarang memiliki sedikit iman dan mereka sangat tenang. apakah menurut pendapatmu bahwa mereka mengetahui kemurahan hati Allah, sementara nabi dan orang-orang yang shalih tidak mengetahuinya?? andaikan urusan ini dapat diketahui hanya dengan hayalan, tentunya mereka tidak perlu berpayah-payah dan tidak perlu banyak menangis. bukankah ahli kitab dicela karena sikap yang seperti ini? Firman Allah
" mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, 'kami akan diberi ampunan'. " (Al-A'raf:169)
sedangkan orang yang tertipu karena keshalihan bapa-bapaknya, maka apakah dia tidak ingat kisah nabi nuh beserta anaknya beserta bapaknya dan nabi-nabi lainnya??
yang mirip dengan orang-orang yang tertipu ini adalah mereka yang tertipu oleh orang-orang yang memiliki ketaatan dan kedurhakaan. hanya saja kedurhakaan mereka lebih banyak, lalu orang-orang tertipu ini mengira bahwa kebaikan mereka lebih kuat, sehingga engkau melihat salah seorang diantara mereka ada yang mensedekahkan satu dirham, padahal justru mendapatkan kemurkaan yang berlipat kali lebih banyak dari pahala sedekahnya, karena boleh jadi apa yang dia shadakahkan itu berasal barang curuian. dia hanya mengadalkan pada shadakah itu. keadaan tak berbeda dengan orang yang meletakkan satu dirham pada shadakah tangannya dan meletakkan seribu dirham ditelapak tangan lainnya, lalu dia berharap agar satu dirham itu sama dengan seribu dirham.
diantara mereka ada yang beranggapan bahwa ketaatannya lebih banyak daripada kedurhakaannya, hingga menyebabbkan menghitung-hitung jumlah kebaikan-kebaikannya dan lupa menghitung keburukan-keburukannya serta tidak mencari-cari dosanya, layaknya orang yang memohon ampun kepada Allah dan bertasbih seratus kali dalam sehari, sedang sisa waktunya yang lain dia pergunakan untuk menggunjing orang-orang muslim dan mengobrol hal-hal yang diridhai hal-hal yang tak diridahai. dia hanya melihat keuamaan istigfar dan tasbih, tetapi tidak melihat hukuman gunjingan dan perkataan yang dilarang.

By_washima (Minhajjul Qashidin : kathur suhardi)